SESAT
Sebuah Cerpen #MariaPankratia
*Santarang Edisi Februari 2016
Ia memiliki banyak wajah dengan raga yang sama. Setiap wajah mengikuti khayalannya.
Sekali waktu ia pernah
termangu di tepi jalan, terkejut akibat dengung peluit seorang polisi yang
sedang mengatur lalu lintas. Dalam diamnya yang cukup lama, ia seperti
mengalami trance, memasuki tubuh
polisi yang sedang melambaikan kedua tangannya seraya menyesap peluit dengan
tekun. Hilir mudik rupa kota sekejap mata menjadi teratur, aman, seturut
keinginannya, dan tentu saja harapan pengguna jalan raya yang begitu banyaknya.
Ia senang, lalu pulang, dan membasuh badannya di kamar mandi penuh sukacita. Hari
ini ia menjadi polisi yang berguna. Lagu anak-anak gubahan Ibu Sud yang
dinyanyikan C h i l l a I r a w a n berkumandang sepanjang senja itu bersatu
padu dengan guyuran air dan sabun di sekujur tubuhnya.
Pernah ia tepekur di
sudut sebuah pusat perbelanjaan, seorang diri. Matanya nyalang m e m p e r h a
t i k a n sepasang kekasih yang serius bertukar liur, jari jemari mereka
berkaitan s a t u s a m a l a i n , sementara puluhan manusia berseliweran di
sekitarnya. Seperti seseorang telah menghunuskan mantra, sekejap mata Ia mampu
merasakan getir lidah sang laki-laki dengan nyata, liurnya masam, lebih masam
daripada rokok terakhir yang ia jejalkan ke mulutnya. Jemari sang pria begitu
dingin, seperti hendak mengatakan bahwa ia sedang khawatir. Khawatir sebentar
lagi isi dompetnya akan habis terkuras. Kuluman terakhir berlalu dengan cepat
bertepatan, dengan tajam matanya yang arogan untuk menunjukan bahwa ia
superior. Wanita, apa pun kondisinya, adalah yang selalu benar, keinginannya
harus selalu didengar. Seperti bubuhan pada akhir kalimat dari sebuah dialog
sinetron, ―camkan itu!‖ Hari berakhir indah, lemari terisi wangi-wangi baru
yang mahal. Ia bahagia, hari di mana ia menjadi sangat luar biasa. Dipuja-puja
dan dicurahkan kepadanya segala.
Pagi ini, di sebuah
sekolah, ia berlari sepanjang koridornya yang berlantai sungguh licin. Sol
sepatunya bercicitan serupa cicit hewan pengerat yang tengah mengerubungi
sepotong roti. Kedua tangannya sedang sibuk menenteng peralatan lokakarya. Ia
senang membantu dan ia sedang dalam misi persahabatan. Sahabatnya—yang juga
seorang motivator handal, begitu yang ia dengar dari orang-orang sekitar yang
ia kenal, ia sendiri merasa sahabatnya itu biasa saja— akan mengadakan sebuah
pelatihan “menarik” bagi siswa-siswi tahun terakhir di sekolah ini. Dalam
perjalanannya menuju ruangan tempat kegiatan dilaksanakan, ia menjelma
sahabatnya yang juga motivator itu. Ia mempersiapkan diri untuk tampil penuh
kharisma. Orang-orang harus melihatnya sebagai makhluk yang berperangkat tubuh
sama namun dengan isi kepala dan hati yang berbeda. Ia adalah yang istimewa
dari kaumnya, dengan kemampuan memahami yang berlimpah, motivasi hidup tinggi,
ketegasan mumpuni—bahkan ia sangat tegas
pada diri sendiri—serta hati yang lemah lembut. Sepanjang kegiatan ia akan
berdiri di depan mata siswa-siswi tersebut. Berbicara, membaca pikiran mereka
tentang masa depan, lalu dengan luwes meneror mereka dengan
pengalaman-pengalaman serta kebijakan-kebijakan yang ia punyai dari semesta ini.
Bagian paling akhir dan penting adalah meyakinkan mereka bahwa mereka telah
menjadi manusia super yang siap menghadapi tantangan hidup setelah mereka
meninggalkan ruangan. Sehari lagi, ia akan pulang dengan perasaan bangga sebab
telah membagikan tumpukan masa lalu yang patut diteladani dan merasa damai
karena telah memperingatkan mereka melalui strategi dan kebajikan yang pernah
ia lakukan. Padahal ia sendiri tahu, itu semua bullshit. Zaman berubah, masalah berbeda, solusi pun tak lagi
sama!
***
Dini hari, di dalam
ruangan sempit, ia diam meratapi wajah yang sesungguhnya. Ia mengembalikan
semua wajah yang telah ia pinjam. Pada etalase tembus pandang, terpajang
satu-satu wajah yang sudah ia pakai. Di jalanan, di pusat keramaian, di
kuburan, di gereja, di masjid, di warung, di mana pun. Ia tergugu, tak satu pun
wajah-wajah itu membuatnya benar-benar merasa bahagia karena ia terus
menginginkan wajah-wajah berikut yang berdatangan.
0 komentar: