Jalan Pulang [Bagian 1]

Minggu, Mei 14, 2017 Pankratia Da Svit Kona- 0 Comments


*Cerita Perjalanan dan Literasi ke Kupang dan Flores Timur

Ke Larantuka adalah sebuah spontanitas. Sebuah perjalanan yang hanya menuruti naluri, kehendak hati yang secara sadar tidak ingin dibantah tetapi juga bingung bila dibiarkan saja. Ah pokoknya jalan saja. Saya menyiapkan perjalanan ini memang sejak jauh hari tetapi dengan keyakinan yang tidak mencapai 100%. Keraguan saya selalu mumpuni dalam hal menghantui proses pengambilan keputusan. Menjengkelkan kadang!

Beberapa minggu sebelum keberangkatan, saya memindahkan dus buku Antologi Puisi Anak Bilingual yang terpapar tirisan hujan dari bubungan lantai tiga. Saya mulai risau sebab tempat menyimpan buku-buku sudah hampir tidak ada. Penghuni kos-an ini bukan hanya saya tentu saja. Kemudian ide ini muncul, Saya akan tetap berangkat, terbang ke Kupang dahulu dan menanti Feri lanjutan ke Larantuka dengan semua buku. Dalam rentang waktu sebelum perjalanan itu, saya sedang bekerja dengan Ibu Viebeke dan Mbok Gek dari Iam An Angel Foundation. Saya sempat bercerita tentang Kegiatan Komunitas Buku Bagi NTT serta rencana keberangkatan saya ke Larantuka. Kami bertukar perihal NTT cukup banyak, dari Sumba sampai Adonara. Bagaimana mahalnya harga susu di Sumba dan sulitnya mengirimkan bantuan ke Adonara karena jaraknya yang jauh. Ibu Viebeke kemudian menjanjikan paketan sekolah untuk saya bawa serta jika saya jadi berangkat. Saya antusias sekaligus bingung, bagaimana memikul semuanya sekaligus bersama saya? Tidak ada maksud apa pun dengan memikul semua sekaligus bersama saya, hanya memastikan bahwa semua bawaan tersebut aman dan sampai pada orang yang tepat. Karena seperti itulah saya! 

Jika kemudian ada berbagai macam gagasan yang muncul atau perdebatan tentang sebaiknya menggunakan jasa ini dan itu ketika saya membuat sebuah pengumuman tentang penggalangan dana, saya sudah siap dengan itu. Call For Donation yang saya sebarkan di Facebook dan Instagram adalah sebuah alternatif yang muncul begitu mendadak di kepala. Keyakinan saya bahwa masih banyak sekali orang baik di dunia ini menguatkan saya dengan mantap. Pada akhirnya semua terjadi, bahkan berlebih. Bagaimana Tuhan bekerja dengan sangat luar bisa pada hal ini. [Laporan tentang donasi tersebut bisa di cek pada akhir tulisan ini]

Perjalanan ini sesungguhnya adalah devosi. Devosi kepada Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus serta Bunda Maria yang sudah begitu hebatnya tinggal dan hidup bersama saya hingga saat ini. Juga devosi kepada orang-orang yang kepada mereka selalu membuat saya seperti memiliki harapan yang terbarukan, tentang kehidupan masa depan yang lebih baik dan berguna bagi sesama.

Cerita perjalanan ini akan saya tuliskan menjadi lima bagian, empat bagian sesuai Pulau/Kota yang saya singgahi,

-          Timor//Kupang
-          Flores//Flores Timur//Larantuka
-          Flores//Lembata//Lewoleba
-          Flores//Adonara//Waiwerang

Tetapi terlebih dahulu saya akan menceritakan persiapan selama di Denpasar. Tidak memakan waktu yang cukup lama, satu hari untuk mensortir buku-buku dan mengangkut paket sekolah dari Kantor Iam An Angel. Satu harinya lagi mengambil donasi tambahan dari Rumah Mba Yeni, kawan kuliah saya. Semuanya dipacking cepat ringkas dan aman.

Pada hari keberangkatan saya, terjadi sesuatu yang cukup menjengkelkan sekaligus menyenangkan. Pokoknya campur aduk. Harusnya saya dibantu seorang teman ke Bandara, tetapi entah apa masalahnya sejak malam hari nomor hapenya tidak bisa dihubungi padahal chat terakhirnya menanyakan "di mana saya harus dijemput besok pagi?" Yeah maklum kan jalanan ke kos-an saya banyak ranjau termasuk untuk ukuran mobil. (Belakangan, ketika saya sudah tiba di Maumere, baru dia hubungi saya. Ternyata hapenya rusak setelah terakhir ia mengirimkan pesan ke saya. Dan tidak ada cara maupun waktu lagi untuk menjelaskan kepada saya. Waow yah)

Lalu, saya bertemu Mas Syendra, Sopir Go Car dan Bli Agus, Porter Bandara. Dua orang ini membantu saya bisa tiba di counter check in pagi Lion Air dengan kondisi masih sehat walafiat meskipun lupa makan sejak semalam dan tidak sempat sarapan saat subuh. Plus ngantri sampai dongkol akibat system down. Saya belajar lagi agar TETAP BERSYUKUR sebab dipertemukan dengan orang-orang baik. Mas Syendra menjemput saya di kos-an adik saya, semua barang saya titipkan di sana karena gang masuknya lebih lebar. Adik saya tidak ikut mengantar, dia punya kesibukan lain pagi itu. Disupirin Orang Padang yang pernah menjadi Warga Negara Malaysia memang beda. Saya banyak cerita dengan Mas Syendra tentang Sejarah Melayu dan Adat Istiadat Minangkabau. Orang Malaysia sekarang berasal dari Minangkabau *jika kamu lupa. Mas Syendra sangat paham asal-usul dan cerita rakyat kampung halamannya. Yang mengejutkan, beliau pernah jadi Juara Olimpiade Nasional Matematika. Pernah sampai Singapura malah. Tetapi sekarang semua kandas karena ciita-citanya jadi pemain bola nasional gagal. Kaki dua-duanya patah dan diamputasi, sekarang diisi besi biar tetap bisa jalan normal. Kami kehabisan waktu bicara, dan baru saat itu perjalanan ke bandara terasa singkat benar. Saya bahkan lupa kekesalan saya terhadap teman saya yang tidak jadi menjemput. Saya berharap bisa bertemu Mas Syendra lagi, saya ingin mendengarkan beliau menjelaskan lebih lanjut tentang Kesaktian Kutukan Orang Tua Minangkabau. "Kalau santet masih ada obat atau penangkal, Mbak. Kalau kutuk, gada. Kakak Ibu saya dikutuk jadi monyet sama Nenek saya sampai mati, di depan mata saya. Legenda tentang kutukan pertama di Indonesia kan Malin Kundang, itu cerita Sumatera Barat lho Mba. Masa lupa? hahahaha"

Nah, tibalah saya di depan counter check in. Masih pagi-pagi sekali, antrian sudah mengular dan semrawut akibat system Lion Air yang down (katanya). Saya sedikit gugup, berapa kira-kira total bagasi yang saya bawa. Meskipun saya sudah membeli Pre Paid Bagasi yaitu layanan pembelian bagasi sebelum keberangkatan, tetapi saya hanya membeli 60KG. Ternyata BENTUL! Pre Paid Bagasi kwurang dan duit saya di ATM masih kurang 100K. Untungnya, Elen Bataona, teman saya yang bakal menampung saya di Kupang sedang stay tune memantau saya sejak tadi. Dengan bantuan Elen, akhirnya urusan bagasi BERES TUNTAS dan saya bisa melenggang aman ke Ruang Tunggu menuju pesawat. [Sekali lagi: selengkapnya tentang total bagasi dan laporan donasi, ada di akhir tulisan ini].

Setelah hari yang panik ini, di luar dugaan saya, masih banyak yang mengirim pesan pribadi untuk menawarkan donasi. Perjalanan ini menjadi begitu mudah dan diberkati.

Rentetan kejadian ini juga semakin meyakinkan saya bahwa Media Sosial apapun, bila dimanfaatkan secara baik dan benar akan berdampak sangat luar biasa!

Saya sengaja tidak menyertakan gambar lain pada postingan ini, karena semuanya sudah pernah saya ceritakan di Facebook maupun juga Instagram saya. Foto-foto yang melengkapi ada di sana. Kalian bisa melihatnya di Akun FB/IG saya: Maria Pankratia/maria_pankratia

(Bersambung….)




Berikut Laporan Donasi Buku Bagi NTT Regional Bali

Keterangan Gambar:

*Gambar pertama adalah Bukti Transfer pengembalian Kas BukuBagi NTT, Rekening Atas Nama Kakak Wilibrodus Marianus Bata, BCA KCP MEGA KUNINGAN
.
.
Hal-hal yang perlu saya perjelas:


-Daftar Donatur dan jumlah donasi yang disumbangkan adalah yang sesuai dengan bukti laporan transfer yang masuk ke rekening saya


- Sebelumnya saya sempat mengalami kekurangan dana saat sudah dalam perjalanan namun Alhamdulillah, ada beberapa donatur yang malah membantu di saat-saat genting maupun setelahnya, sehingga donasi malah mengalami kelebihan dan bisa mengembalikan Kas BukuBagi NTT yang dibagikan ke BukuBagiNTT Regional Bali. Terima Kasih Seribu


- Maskapai Penerbangan Lion Air memiliki jasa Pre Paid Bagasi yang harganya 50% dari harga kelebihan bagasi yang seharusnya. Akan tetapi, kita diwajibkan untuk membeli satu atau dua hari sebelumnya dengan minimal berat bagasi adalah 15KG ke atas. Sayang, saya waktu itu hanya sempat membeli 60KG karena prediksi berat H-2 tidak akan lagi mencapai 100KG. Ternyata, sehari sebelumnya ada yang datang menyumbang lagi, maka terjadilah
😊


-Alokasi dana sisa yang ada, tidak akan hanya terpaku pada tiga lokasi yang didaftarkan di tabel. Semuanya berlaku fleksibel apabila sewaktu-waktu ada permintaan sumbangan buku ke Rumah/Taman Baca atau Perpustakaan Sekolah yang membutuhkan.









0 komentar: