Jalan Pulang [Bagian 1]
*Cerita
Perjalanan dan Literasi ke Kupang dan Flores Timur
Ke Larantuka adalah
sebuah spontanitas. Sebuah perjalanan yang hanya menuruti naluri, kehendak hati
yang secara sadar tidak ingin dibantah tetapi juga bingung bila dibiarkan saja.
Ah pokoknya jalan saja. Saya menyiapkan perjalanan ini memang sejak jauh hari
tetapi dengan keyakinan yang tidak mencapai 100%. Keraguan saya selalu mumpuni
dalam hal menghantui proses pengambilan keputusan. Menjengkelkan kadang!
Beberapa minggu sebelum
keberangkatan, saya memindahkan dus buku Antologi Puisi Anak Bilingual yang
terpapar tirisan hujan dari bubungan lantai tiga. Saya mulai risau sebab tempat
menyimpan buku-buku sudah hampir tidak ada. Penghuni kos-an ini bukan hanya
saya tentu saja. Kemudian ide ini muncul, Saya akan tetap berangkat, terbang ke
Kupang dahulu dan menanti Feri lanjutan ke Larantuka dengan semua buku. Dalam
rentang waktu sebelum perjalanan itu, saya sedang bekerja dengan Ibu Viebeke
dan Mbok Gek dari Iam An Angel Foundation. Saya sempat bercerita tentang
Kegiatan Komunitas Buku Bagi NTT serta rencana keberangkatan saya ke Larantuka.
Kami bertukar perihal NTT cukup banyak, dari Sumba sampai Adonara. Bagaimana
mahalnya harga susu di Sumba dan sulitnya mengirimkan bantuan ke Adonara karena
jaraknya yang jauh. Ibu Viebeke kemudian menjanjikan paketan sekolah untuk saya
bawa serta jika saya jadi berangkat. Saya antusias sekaligus bingung, bagaimana
memikul semuanya sekaligus bersama saya? Tidak ada maksud apa pun dengan
memikul semua sekaligus bersama saya, hanya memastikan bahwa semua bawaan
tersebut aman dan sampai pada orang yang tepat. Karena seperti itulah saya!
Jika kemudian ada
berbagai macam gagasan yang muncul atau perdebatan tentang sebaiknya
menggunakan jasa ini dan itu ketika saya membuat sebuah pengumuman tentang
penggalangan dana, saya sudah siap dengan itu. Call For Donation yang saya
sebarkan di Facebook dan Instagram adalah sebuah alternatif yang muncul begitu
mendadak di kepala. Keyakinan saya bahwa masih banyak sekali orang baik di
dunia ini menguatkan saya dengan mantap. Pada akhirnya semua terjadi, bahkan
berlebih. Bagaimana Tuhan bekerja dengan sangat luar bisa pada hal ini.
[Laporan tentang donasi tersebut bisa di cek pada akhir tulisan ini]
Perjalanan ini
sesungguhnya adalah devosi. Devosi kepada Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh
Kudus serta Bunda Maria yang sudah begitu hebatnya tinggal dan hidup bersama
saya hingga saat ini. Juga devosi kepada orang-orang yang kepada mereka selalu
membuat saya seperti memiliki harapan yang terbarukan, tentang kehidupan masa
depan yang lebih baik dan berguna bagi sesama.
Cerita perjalanan ini
akan saya tuliskan menjadi lima bagian, empat bagian sesuai Pulau/Kota yang
saya singgahi,
- Timor//Kupang
- Flores//Flores Timur//Larantuka
- Flores//Lembata//Lewoleba
- Flores//Adonara//Waiwerang
Tetapi terlebih dahulu
saya akan menceritakan persiapan selama di Denpasar. Tidak memakan waktu yang
cukup lama, satu hari untuk mensortir buku-buku dan mengangkut paket sekolah
dari Kantor Iam An Angel. Satu harinya lagi mengambil donasi tambahan dari
Rumah Mba Yeni, kawan kuliah saya. Semuanya dipacking cepat ringkas dan aman.
Pada hari keberangkatan
saya, terjadi sesuatu yang cukup menjengkelkan sekaligus menyenangkan. Pokoknya
campur aduk. Harusnya saya dibantu seorang teman ke Bandara, tetapi entah apa
masalahnya sejak malam hari nomor hapenya tidak bisa dihubungi padahal chat
terakhirnya menanyakan "di mana saya harus dijemput besok pagi?" Yeah
maklum kan jalanan ke kos-an saya banyak ranjau termasuk untuk ukuran mobil.
(Belakangan, ketika saya sudah tiba di Maumere, baru dia hubungi saya. Ternyata
hapenya rusak setelah terakhir ia mengirimkan pesan ke saya. Dan tidak ada cara
maupun waktu lagi untuk menjelaskan kepada saya. Waow yah)
Lalu, saya bertemu Mas
Syendra, Sopir Go Car dan Bli Agus, Porter Bandara. Dua orang ini membantu saya
bisa tiba di counter check in pagi Lion Air dengan kondisi masih sehat walafiat
meskipun lupa makan sejak semalam dan tidak sempat sarapan saat subuh. Plus
ngantri sampai dongkol akibat system down. Saya belajar lagi agar TETAP
BERSYUKUR sebab dipertemukan dengan orang-orang baik. Mas Syendra menjemput
saya di kos-an adik saya, semua barang saya titipkan di sana karena gang
masuknya lebih lebar. Adik saya tidak ikut mengantar, dia punya kesibukan lain
pagi itu. Disupirin Orang Padang yang pernah menjadi Warga Negara Malaysia
memang beda. Saya banyak cerita dengan Mas Syendra tentang Sejarah Melayu dan
Adat Istiadat Minangkabau. Orang Malaysia sekarang berasal dari Minangkabau
*jika kamu lupa. Mas Syendra sangat paham asal-usul dan cerita rakyat kampung
halamannya. Yang mengejutkan, beliau pernah jadi Juara Olimpiade Nasional
Matematika. Pernah sampai Singapura malah. Tetapi sekarang semua kandas karena
ciita-citanya jadi pemain bola nasional gagal. Kaki dua-duanya patah dan
diamputasi, sekarang diisi besi biar tetap bisa jalan normal. Kami kehabisan
waktu bicara, dan baru saat itu perjalanan ke bandara terasa singkat benar.
Saya bahkan lupa kekesalan saya terhadap teman saya yang tidak jadi menjemput.
Saya berharap bisa bertemu Mas Syendra lagi, saya ingin mendengarkan beliau
menjelaskan lebih lanjut tentang Kesaktian Kutukan Orang Tua Minangkabau.
"Kalau santet masih ada obat atau penangkal, Mbak. Kalau kutuk, gada.
Kakak Ibu saya dikutuk jadi monyet sama Nenek saya sampai mati, di depan mata
saya. Legenda tentang kutukan pertama di Indonesia kan Malin Kundang, itu
cerita Sumatera Barat lho Mba. Masa lupa? hahahaha"
Nah, tibalah saya di
depan counter check in. Masih pagi-pagi sekali, antrian sudah mengular dan
semrawut akibat system Lion Air yang down (katanya). Saya sedikit gugup, berapa
kira-kira total bagasi yang saya bawa. Meskipun saya sudah membeli Pre Paid
Bagasi yaitu layanan pembelian bagasi sebelum keberangkatan, tetapi saya hanya
membeli 60KG. Ternyata BENTUL! Pre Paid Bagasi kwurang dan duit saya di ATM
masih kurang 100K. Untungnya, Elen Bataona, teman saya yang bakal menampung
saya di Kupang sedang stay tune memantau saya sejak tadi. Dengan bantuan Elen,
akhirnya urusan bagasi BERES TUNTAS dan saya bisa melenggang aman ke Ruang
Tunggu menuju pesawat. [Sekali lagi: selengkapnya tentang total bagasi dan
laporan donasi, ada di akhir tulisan ini].
Setelah hari yang panik
ini, di luar dugaan saya, masih banyak yang mengirim pesan pribadi untuk
menawarkan donasi. Perjalanan ini menjadi begitu mudah dan diberkati.
Rentetan kejadian ini
juga semakin meyakinkan saya bahwa Media Sosial apapun, bila dimanfaatkan
secara baik dan benar akan berdampak sangat luar biasa!
Saya sengaja tidak
menyertakan gambar lain pada postingan ini, karena semuanya sudah pernah saya
ceritakan di Facebook maupun juga Instagram saya. Foto-foto yang melengkapi ada
di sana. Kalian bisa melihatnya di Akun FB/IG saya: Maria
Pankratia/maria_pankratia
(Bersambung….)
Berikut Laporan Donasi Buku Bagi NTT Regional Bali
Keterangan Gambar:
*Gambar pertama adalah Bukti Transfer
pengembalian Kas BukuBagi NTT, Rekening Atas Nama Kakak Wilibrodus Marianus
Bata, BCA KCP MEGA KUNINGAN
.
.
Hal-hal yang perlu saya perjelas:
-Daftar Donatur dan jumlah donasi yang disumbangkan adalah yang sesuai dengan bukti laporan transfer yang masuk ke rekening saya
- Sebelumnya saya sempat mengalami kekurangan dana saat sudah dalam perjalanan namun Alhamdulillah, ada beberapa donatur yang malah membantu di saat-saat genting maupun setelahnya, sehingga donasi malah mengalami kelebihan dan bisa mengembalikan Kas BukuBagi NTT yang dibagikan ke BukuBagiNTT Regional Bali. Terima Kasih Seribu
- Maskapai Penerbangan Lion Air memiliki jasa Pre Paid Bagasi yang harganya 50% dari harga kelebihan bagasi yang seharusnya. Akan tetapi, kita diwajibkan untuk membeli satu atau dua hari sebelumnya dengan minimal berat bagasi adalah 15KG ke atas. Sayang, saya waktu itu hanya sempat membeli 60KG karena prediksi berat H-2 tidak akan lagi mencapai 100KG. Ternyata, sehari sebelumnya ada yang datang menyumbang lagi, maka terjadilah 😊
-Alokasi dana sisa yang ada, tidak akan hanya terpaku pada tiga lokasi yang didaftarkan di tabel. Semuanya berlaku fleksibel apabila sewaktu-waktu ada permintaan sumbangan buku ke Rumah/Taman Baca atau Perpustakaan Sekolah yang membutuhkan.
.
.
Hal-hal yang perlu saya perjelas:
-Daftar Donatur dan jumlah donasi yang disumbangkan adalah yang sesuai dengan bukti laporan transfer yang masuk ke rekening saya
- Sebelumnya saya sempat mengalami kekurangan dana saat sudah dalam perjalanan namun Alhamdulillah, ada beberapa donatur yang malah membantu di saat-saat genting maupun setelahnya, sehingga donasi malah mengalami kelebihan dan bisa mengembalikan Kas BukuBagi NTT yang dibagikan ke BukuBagiNTT Regional Bali. Terima Kasih Seribu
- Maskapai Penerbangan Lion Air memiliki jasa Pre Paid Bagasi yang harganya 50% dari harga kelebihan bagasi yang seharusnya. Akan tetapi, kita diwajibkan untuk membeli satu atau dua hari sebelumnya dengan minimal berat bagasi adalah 15KG ke atas. Sayang, saya waktu itu hanya sempat membeli 60KG karena prediksi berat H-2 tidak akan lagi mencapai 100KG. Ternyata, sehari sebelumnya ada yang datang menyumbang lagi, maka terjadilah 😊
-Alokasi dana sisa yang ada, tidak akan hanya terpaku pada tiga lokasi yang didaftarkan di tabel. Semuanya berlaku fleksibel apabila sewaktu-waktu ada permintaan sumbangan buku ke Rumah/Taman Baca atau Perpustakaan Sekolah yang membutuhkan.
0 komentar: