TRANSENDENSI dan KONTEMPLASI
#Orang Muda Katolik Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar
Setiap tahun. Setiap tahun, menjelang akhir tahun. Kami wajib
melakukan ini. Sudah seperti Ritual. Sudah seperti Tugas perutusan yang mulia. Dan
kami akan melakukannya. Penuh hikmat.
Tahun ini, sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Romo
Babey selaku Pastor Paroki melempar isu lalu membiarkan kami menangkapnya
dengan cara Orang Muda. Seperti Sayembara, dipersilahkan siapa yang memiliki
niat dan kesiapan hati untuk membuat desain, menghabiskan waktu selama beberapa
minggu bekerja bersama dengan teman-temannya. Tidak semua insan, Orang Muda,
Katolik, mau dan mampu melakukan ini. Tidak semua. Catat!
Akhirnya terpilih satu desain, menarik dan sederhana. Menyimpan
makna yang sungguh luas nan dalam, semacam samudera jika saya menggambarkan
(yah saya lebeyers lagi wkwkwk)
Berikut hasil kerja keras bersama Orang Muda Katolik
Katedral Denpasar
TRANSENDENSI DAN KONTEMPLASI
Panjang lebarnya seperti berikut:
Secara garis besar, tema kandang dan pohon natal dibuat
lebih sederhana namun dengan pemaknaan yang lebih esensial. Monumental adalah
kesan telanjang yang berusaha dihadirkan. Penerjemahan suasana natal yang
identik dengan gua atau persawahan, air, hutan dan tanaman adalah sebuah
hierarki yang monoton. Karena asumsi umum seringkali mengaitkan kelahiran Yesus
Kristus dengan diorama pedesaan. Padahal sejatinya, Yesus lahir di hati setiap
umat manusia, dalam berbagai bentuk, di berbagai tempat, dengan berbagai wujud.
Yang semuanya disatukan atas dasar kasih, dan dalam satu nama, Yahwe.
Transendensi Merupakan gambaran hubungan vertikal manunggal
antar setiap manusia kepada Tuhan. Transendensi juga adalah hubungan pribadi
antar setiap manusia tanpa intervensi manusia lain. Hubungan ini terefleksi
dalam doa. Transendentalitas ini direpresentasikan lewat media bambu yang
dipasang vertikal. Vertikalitas bambu mencerminkan upaya manusia untuk
berhubungan secara individu dengan Tuhan. Tinggi bambu dibuat dinamis
mencerminkan dinamika iman manusia. Diantara deretan bambu yang menjulang
vertikal, diselipkan kotak papan sebagai kandang kelahiran Yesus Kristus. Hal
ini sebagai gambaran bahwa Yesus lahir untuk mendamaikan hubungan manusia dengan
Bapa.
Pencahayaan bambu diatur/ditempatkan secara acak didalam
rangkaian bambu vertikal. Setiap bambu akan mendapat cahaya tunggal yang redup
sebagai lambang iman setiap orang.
Sekeliling kandang natal, lampu-lampu hias dipasang dengan
tema jaring sebagai simbol kumpulan jiwa manusia yang juga rindu akan Allah.
Pohon natal sebagai salah satu elemen pelengkap dekorasi
natal juga dibuat sedikit berbeda dengan rupa pohon natal pada umumnya.
Mengambil bentuk banguan ruang kubus yang dibuat menggunakan rangka kayu,
rangka kubus, dibuat dalam variasi ukuran yang mengecil dan dipasang tumpang
tindih - makin keatas makin mengecil dan
mengerucut. Dibagian tengah rangka pohon natal dipasang bola-bola natal yang
digantung dengan senar pancing sehingga terkesan melayang. Hal ini sebagai
upaya pemaknaan bahwa natal ada didalam hati-jiwa-iman dan bukan terwujud dalam
gemerlapnya pesta pora.
Seringkali kita lupa bahwa esensi dari perayaan natal adalah
permenungan (kontemplasi). Aksi dan kontemplasi haruslah terus berputar tiada
ujungnya. Yesus Kristus lahir ke dunia sebagai penghubung antara manusia dan
Tuhan. Secara vertikal (Transendental).
Masihkah kita menerima sang penghubung tanpa kontemplasi
yang mendalam atas segala aksi dan reaksi kita dalam kehidupan sehari-hari???
Permenungan dan desain ini oleh : Tanayung Esa
Dan seluruh kerja keras serta hikmat ini, dilakukan,
dirasakan oleh sekian OMK PRKKD, Terima Kasih, Kita semua hanyalah orang-orang
tepat, di waktu, di hari, di tempat yang TEPAT! As usual, Jah Bless :)
Selamat Natal 2015 \m/
0 komentar: