IBU

Sabtu, Desember 21, 2013 Pankratia Da Svit Kona- 0 Comments

Hari ini 21 Desember 2013, besok yah tanggal 22 Desember 2013. Public menobatkan sebagai Hari Ibu entahlah se-indonesia apa se-dunia dan saya diterpa kegalauan yang memburu sebab saya juga punya Ibu namun selalu merasa piatu. Hei!!! Oh My God. I have a weird mom and I afraid someday I’ll being like her. One of my messages for my best friend in another island
Mengirimkan kegundahanku pada orang-orang terdekatku samasekali tidak membuatku merasa lebih baik,atau tenang karena ketakutan terus menghantuiku.
“Iya kau anak pertama soalnya. Bisa jadi, Maria. Nenek dulu juga begitu, nah sekarang turun ke mama”
Oh No! I’m strong and independent woman and I’m different with her!!! Please.
Kalimat perkiraan diatas datang dari saudara kandungku, anak yang kedua, yang “katanya” sangat dicintai Ibu karena Ia lelaki pertama dalam keluarga sementara aku meskipun berkeras bahwa aku tak mungkin memiliki gen “sakit jiwa” seperti yang dimaksud adikku karena aku Putri Sulung dan seperti yang diperkirakan persis dengan nenek (Ibu dari Mama) atau Ibuku sendiri, toh aku tetap kalut sepanjang minggu belakangan ini. Bohong, kalau aku tidak memikirkannya. Dulu-dulunya aku tertawa, cuek bahkan terlalu congkak dengan kemampuan berpikirku yang diwarisi Bapak dan merasa jumawa bahwa hanya sepersekian liter darah dan kromosom Ibu yang aku bawa dan tanda-tanda “itu” pun bermunculan melalui kelakuan dan temperamental yang memprihatinkan. Terkadang mampu dikendalikan, terkadang justru melahirkan malapetaka. Timbul pertanyaan, Gue normal kan?! Perilaku anarkis, Kasaris, dan mudah jenuh lalu melarikan diri, semuanya menyerang dalam satuan waktu tertentu lalu aku berlomba dengan lingkungan sekitar agar tetap memiliki eksistensi. Sunggukah aku hidup?
Di H-1 yang “katanya” HARI IBU ini, aku Cuma mau bilang ke Ibu (Ema) =>
“Ibu, bukan Cuma dirimu yang stres karena tidak mampu menerima situasi dan kondisi hidupmu. Aku pun sama dan lebih parah lagi aku anakmu ini bakal memikul beban tersebut dua kali lipat melampaui dirimu, diluar bayangan dan sangat jauh dari harapanku sendiri. Ujung-ujungnya aku hanya akan tetap bersyukur dibekali semua ini semenjak dalam rahimmu.”
Lalu seseorang bertanya: “dapatkah kau berubah demi saya? Pelan-pelan saja”
Hahaha, demi diri sendiri saja saya belum bisa janjikan. Hm….

0 komentar: