When The Sunset is Gone

Rabu, Januari 26, 2011 Pankratia Da Svit Kona- 0 Comments

Hari yang berat, hari yang kesekian dimana Aku mesti terpuruk dan tampak sengsara. Hari yang juga aneh karena pagi yang lembab dan siang yang hirukpikuk karena hujan deras dan angin kencang lalu diakhiri dengan sore yang berkelimpahan cahaya matahari senja.

Dibawah mulut jendela bekas kamarku dulu, kamar yang selalu membuat Inspirasiku meluap-luap, aku memunggungi kilauan jingga sore ini. Didalam sana ada merdu musik pop latino berasal dari pemutar playlist K”Trida penghuni kamar itu sekarang. Sepertinya moment berkualitas ditambah secangkir good day mochacino dan tarikan-tarikan Flava tak henti. Cuma disaat-saat seperti ini Aku mampu menjangkau khayalanku lebih jauh dan menunggu malam mengejutkanku, mengembalikanku pada kehidupan yang sesungguhnya.

Cerita Hidup tidak pernah berhenti sebelum hembusan nafas diripun mengaku kalah terhadap keras dunia. Yang kuat yang bertahan, yang lemah akan berlari menjauh dan bersembunyi menunggu waktu yang tepat untuk keluar dari sarang kecemasan. Dunia tidak pernah menjanjikan apa-apa sebenarnya, Dunia hanya menyediakan kenikmatan-kenikmatan yang siap kita pilih seperti dalam katalog-katalog belanja. Lalu cerita masa depan pun dimulai dari satu kenikmatan yang kita pilih. Jika kita mengambil kenikmatan yang tepat kemudian menikmatinya sejauh kepandaian yang kita miliki maka tak ada yang perlu dicemaskan.

Namun lagi-lagi kita hanya bisa memilih - membayangkan yang indah-indah saja - menganalisa kemungkinan.kemungkinan buruk dan berusaha menghindarinya. terus bagaimana dengan cerita penghindaran tersebut? Berperang dengan dunia, berperang dengan diri sendiri, berperang dengan Emosi-Keinginan-Kebutuhan-Kepuasan. Bukan amunisi biasa yang bisa kita rundingkan tuk dipersiapkan.

Aku kelelahan. Perang ini tidak kunjung selesai, sementara sudah banyak bagian yang hancur berantakan akibat perang tak berkesudahan. Belum sempat aku memikirkan waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah ada, akan ada lagi kehancuran lain yang ditimbulkan. Frustrasi, Pelik sangat. Terkadang salah besar merasa menjadi orang paling menderita sementara orang lain meregang nyawa dengan cara dan kondisi yang lebih ekstrim. Lupa bersyukur.

Hufftt..tidak mau berpura-pura lagi, Aku membutuhkan pertolongan itu. Adakah yang datang disaat yang tepat? Harapanpun tidak menduduki tempat terdepan sekarang…(-/.-)

24 January 2011 - Pastemp 2ndFloor

0 komentar: