2016; A Golden Year

Sabtu, Desember 31, 2016 Pankratia Da Svit Kona- 0 Comments




365 hari yang lalu, saya tidak memiliki resolusi apa pun untuk 365 hari berikutnya. Saya masih tetap hidup, sehat dan waras saja sudah merupakan sebuah keuntungan. 2015 dan 2014 adalah tahun yang cukup luluh lantak sebagaimana kemudi kapal yang dibajak sehingga nakhodanya tidak memiliki kendali penuh untuk menentukan ke mana menuju. Namun, pada akhirnya, saya menemukan titik balik. Benar adanya, seseorang yang kembali bangkit dari kejatuhan, kekuatannya berkali lipat.

Sekuat tenaga saya menemukan diri saya kembali dan bertanya sesering mungkin “mau apa aku dengan hidupku ini?” iyah persis lirik lagunya Nosstress, itu padanan refleksi yang klop! Refleksi singkat akhir tahun lalu itu, saya temukan kembali di sini

Memulai langkah di 1 Januari 2016 tanpa persiapan apa pun! Kabur, meraba-raba.
Resign dari pekerjaan yang menjadi sumber hidup dan eksistensi, terjun ke lapangan tanpa visi sebagai mahasiswi KKN lalu PKL. Masih saja percaya diri mengkoordinasi Persiapan Misa Pra-IYD2 Keuskupan Denpasar, bersedia jadi Fasilitator Kelompok tanpa pengalaman untuk Kelas Inspirasi Bali 03, terlibat lagi di Denpasar Film Festival. Menyanggupi hadir di Pelatihan Menulis Kompas (lagi), nyasar di Ubud Writers and Readers Festival ke-13 dan Citizen Journalism Day kerja sama Balebengong dan Bali Blogger Community, serta menjadi Juara Regional Maluku dan Nusa Tenggara Blog Competition oleh Government Public Relations. Berani-beraninya menyanggupi jadi auditor untuk sebuah project yang jauh dari bayangan dan dari kamar tidur yang nyaman. Situasi tersebut cukup ngeri-ngeri sedap. Belum pernah saya begitu takut tetapi juga penasaran, antusias diikuti rendah diri yang kalap. Lampung, selama delapan hari merubah sudut pandang saya hampir 75% tentang hidup. Di tahun ini juga, untuk pertama kalinya, saya berani mengirimkan karya saya ke media dan dimuat!

Tahun 2016 saya juga mengalami banyak kepiluan. Saya memang gemar menangis. Bukan hanya dalam situasi sedih atau terharu tetapi juga saat bahagia. Akan tetapi, menangis karena ditinggal pergi untuk selamanya oleh tokoh-tokoh yang menginspirasi hidup saya selama beberapa tahun ini, itu memilukan. Terguguh dan lama. Tidak pernah sekalipun saya meluangkan waktu untuk berpikir bahwa bumi dan manusia terus bertambah tua. Di suatu masa, kita harus menerima kenyataan bahwa jiwa dan pikiran memang tidak pernah mati namun raga pada hakekatnya tidak abadi. Kita harus siap menghadapi kehilangan demi kehilangan. Untuk Ama Petu, Om Boni dan Bapak Agustinus Prajitno, Hormat setinggi-tingginya!

Tahun 2016 saya juga ditinggal nikah oleh sahabat-sahabat terbaik saya. Hebat mereka, mampu mengambil keputusan serumit itu hahaha. Sementara saya masih berkubang, terjebak dalam kecemasan “Bagaimana saya dapat berbagi seluruh pikiran saya seumur hidup hanya dengan satu orang laki-laki saja? Berbagi tubuh saja, saya tak rela. Mana puas kalo cuma sama satu orang?” #Eh wkwkwkkw…

Pada tahun ini pula, saya merasakan dampak arus informasi yang begitu deras akibat kemajuan teknologi yang membabi buta. Segalanya jadi canggih termasuk manusianya. Banyak tontonan dan pengetahuan menarik yang menyenangkan tetapi juga peristiwa yang sulit dilupakan untuk beberapa tahun ke depan. Begitu lah dunia dan Indonesia sejak dulu. Yang selalu keren di sebelah sini sementara terpuruk di sebelah sana. Tidak ada yang betul-betul sempurna emang!

Tahun 2016 saya sapa dengan tahun emas bagi saya. A golden year. Sebab di tahun ini, saya memikul banyak berkat dan rejeki. Saya bepergian ke berbagai tempat dan bertemu macam-macam pribadi. Semua mereka adalah orang-orang HEBAT, PENTING dan MEMILIKI ANDIL bagi dunia yang mereka tinggali. Saya bangga bisa mengenal kalian semua. Tidak dapat saya sebutkan satu per satu, tetapi saya berharap ketika membaca ini, kalian tahu bahwa ANDA-KAMU-KAU-DIRIMU-SAMPEAN-ENGKO yang saya maksudkan!

BALI!

Jakarta-Soekarno Hatta-Lampung-Metro-Tulang Bawang-Raden Inten II

Benoa-Bima-Sape-Sumba Timur-Waingapu-Kambata Mapa Mbuhang-Lumbung-Kadahang-Sumba Tengah-Anakalang-Katikuloku-Sumba Barat-Waikabubak-Sumba Barat Daya-Kodi-Labuan Bajo-Watulangkas-Ruteng-Bajawa-Langa-Mataloko-Ende-Paupire-Detusoko-Nita-Ledalero-Maumere-Lokaria-Wairhubing-Magepanda.

SEMUANYA! Kalian pasti sudah mulai lupa tetapi jejak kalian seperti materai permanen yang basah dan lengket lalu mengering tak bisa luntur atau pun terangkat bahkan dikorek paksa sekalipun.

2016 adalah tahun yang luar biasa bagi saya yang kesadaran afektifnya sangat ngotot dan terjaga selama 24J/7H. Perlahan-lahan semuanya digenapi. Khususnya perihal “Melakukan apa yang sungguh-sungguh ingin saya lakukan.” (Bertemu banyak orang, menjalin relasi dan persahabatan//Tjipok basah sekali untuk Ibuk Semesta Ambara BegituSaja dan Tante George Yustina Liarian Eto, berbagi dan saling memberi dari yang sederhana sampai yang luar biasa. Menulis banyak cerita. Terlalu amat sangat banyak sekali. Mendapatkan beberapa pencapaian yang cukup membanggakan. Menghasilkan sejarah).

Lalu, hm “Menemukan laki-laki yang benar-benar ingin saya cintai” AHAI!

Kemarin, ketika sedang bingung hendak menulis apa untuk refleksi akhir tahun ini, (Sebagian orang mungkin merasa ini tidak penting dan sangat alay lebay TETAPI tidak bagi saya!) saya buka kembali postingan saya di Instagram sejak awal tahun. Foto-foto dan narasi yang membuat saya merasa betapa saya sangat diberkati, segalanya masih utuh tersimpan, lengkap, baik gambar maupun juga cerita serta kesan yang masih bisa saya rasakan ketika saya melihat dan membayangkannya.

***


Descartes bilang: Cogito Ergo Sum//Saya berpikir maka saya ada
Pramoedya bilang: Orang boleh pandai setinggi langit tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Pacar saya bilang: Hanya yang menang, yang meninggalkan jejak, Enu!
Dan saya bilang: Jika kamu berpikir dan menuliskannya, kamu akan meninggalkan jejak. Tentu dengan sendirinya kamu memberi pengaruh. :)

Hidup, sejatinya untuk mati tanpa alpa untuk memaknainya lalu meninggalkan jejakmu! Jejak saya! Jejak kita! Live Your Life! In this great future, you can’t forget your past, so write it down!

Epang Gawan, Terima Kasih banyak untuk semua yang sudah memberi dan berbagi dari kekurangan maupun juga kelebihannya (dan saya tidak pernah lupa hutang-hutang saya hihihi… tenang saja). Ama Pu Benjer, Jah Bless kita semua di Tahun yang Baru!

Resolusi tahun berikutnya? Hahaha hm.. Hajiar saja!

2017 dalam genggaman!

*Semoga ada golden-golden year selanjutnya


 Thankis buat Ge' untuk tangkapan keren ini ^^








0 komentar: